Namaku Elisha,
Anak kedua dari dua bersaudara.
Kakakku lelaki, kami selisih tiga tahun.
Tapi itu tidak penting, karena yang mau kuceritakan adalah kisah mistis. Bukan keluarga cemara.
Aku bukan anak yang terlahir dengan kemampuan khusus untuk bisa merasakan makhluk halus.
Aku terlahir seperti bayi pada umumnya.
Tubuhku ringkih, setiap beberapa bulan pasti demam.
Namun demam kali ini berbeda. Waktu itu umurku masih 5 tahun.
Aku tidak bisa bangun dari tempat tidur, badan panas dingin dan tenggorokan rasanya sakit sekali. Perut mual dan susah masuk makanan. Mataku rasanya panas sekali.
Di pojok kamar, terlihat sosok hitam besar bebulu, matanya hitam. Tingginya hampir menyentuh atap.
Rasanya campur aduk, antara sakit dan ketakutan.
Aku cuma bisa menangis, tidak bisa berkata apa-apa. Bahkan saat ibuku mau memasak karena sudah siang, aku tidak mau ditinggal. Aku terus merajuk supaya tidak ditinggal sendiri dengan makhluk hitam berbulu itu.
Dia tidak menyerang, hanya diam menatapku dengan mata merahnya. Tidak juga berekspresi.
Ingatanku hanya sampai situ, setelahnya, aku lupa mengenai makhluk hitam berbulu.
Oh iya, aku teringat.
Waktu umurku tiga tahun, saat itu sekitar tengah malam. Aku tak tahu pukul berapa, karena belum bisa membaca jam. Yang ku tahu, rumah sudah gelap. Lampu dalam rumah juga sudah dimatikan pertanda semua harus tidur. Suasana hening.
Aku terbangun, ingin ke kamar mandi. Kamar mandi kami terletak di bekalang rumah, terpisah.
Di kamar hanya ada kakak, orang tuaku masih menjaga warung dan terkadang menginap di sana. Kami punya usaha kecil-kecilan warung kelontong.
Kuberanikan diri keluar kamar untuk ke kamar mandi tanpa membangunkan kakakku.
Saat di ruang tengah, suasana benar- benar hening. Bahkan yang terkadang ada suara jangkrik, waktu itu sama sekali tidak terdengar. Setelah berjalan beberapa langkah, aku melihat sepasang mata warna hijau neon dekat pintu depan.
Aku tidak berteriak atau menangis karena khawatir makhluk itu melihatku, aku diam-diam berjalan jinjit bersembunyi di bawah meja.
Celakanya, saat sudah di bawah meja. Mata itu melihatku, dia mendekatiku. Semakin dekat, dan ternyata itu kucing berbulu hitam legam.
Aku ketakutan, tetapi tidak bisa bersuara. Kucing itu semakin mendekatiku.
Aku semakin ketakutan, karena kutahu keluarga maupun lingkungan sekitarku tidak pernah memelihara kucing hitam.
Aku melihatnya, dia melihatku. Dia terus berjalan maju mendekatiku, semakin dekat.
Untungnya, ada suara nenekku berjalan keluar kamar. Nenek melihatku di kegelapan malam. Aku langsung ditarik dan dibawa keluar kolong.
Nenekku tidak berkata apa-apa, aku juga tidak melihatnya mengusir kucing itu. Kucing itu menghilang, tiba-tiba.