Dapatkan widget animasi ini !

Monday, May 2, 2022

Lebaran 2022

Aku pulang ke kampung halaman,

Seperti tahun sebelumnya, tidak ada perubahan. 
Pulang naik motor sendiri, sehari menjelang lebaran. 
Sebenarnya aku sudah libur tiga hari sebelum itu, namun aku tidak ada semangat untuk pulang. (Nanti kuceritakan di judul selanjutnya, tapi aku tidak janji. Karena menulis bergantung moodku). 

Seperti biasa, sampai rumah aku mandi air panas. Lalu tidur.
Ayahku masih sama, 
Ibuku juga masih sama, cuma lebih menua.
Malam takbir aku pergi ke tempat temanku,
Kami mengobrol sangat serius, yang isinya hanya gosip gosip dan pastinya tetap gosip, haha

Memang apalagi yang diperbincangkan dua orang wanita yang sudah lama tidak betemu selain  aib orang lain? 
Hehe
Kami berhadapan sambil saling berbagi informasi, sesekali dia ke belakang menengok anaknya yang sedang tertidur. Suaminya di depan sedang berbincang dengan ayahnya, memberi kami ruang utuk saling melepas rindu.
Aku sangat bahagia bertemu dia,
 disisi lain, aku iri. 
Hidupnya begitu lengkap, 
Anak, suami, rumah, dan cicilan. 
Aku iri, aku ingin seperti dia. 
Walau yang sudah dia lalui untuk sampai pada titik ini pun tidak sepenuhnya lancar.
Aku iri bukan berarti sirik dengan hidupnya. 
Hanya mengakui bahwa aku ingin seperti dia. 

Dia pernah bercerita bahwa dia pernah benar-benar tidak bisa makan,
Dan sekarang aku sedang diposisi nya, 
Bedanya, dia tidak bisa makan dengan suaminya, menangis bersama, menderita bersama. 
Sedangkan aku, aku tidak bisa makan sendiri, karena aku hidup sendiri, menangis sendiri. 
Di sebelah sisi, aku berpikir 
"Kalau memang aku sedang mengalami fase susah seperti yang dulu dia rasakan. Berarti aku akan ada di fase dia sekarang"
Tapi... Tapikan aku susah sendirian. 
Mandiri sekali... 

Aku iri, bukan berarti aku ingin syirik. 
Aku selalu mendoakan temanku ini hidup bahagia, selamanya. Tidak akan merasa susah dan sedih lagi.

Kemudian aku pulang. 


Siang dihari lebaran, setelah menyambut tamu yang diluar dugaan (karena kupikir akan sepi. Ternyata sangat ramai.)
 
Tetanggaku, teman sepermainan ku. Dia pulang, bersama suami dan anak. 
Aku menjerit kesenangan, tidak menyangka dia pulang setelah 4 tahun keberadaannya tidak dianggap ibu kandungnya sendiri. 
Dia hamil di luar angkasa... 
Yakalee, canda, 
Dia hamil diluar ikatan pernikahan.
Hamil dengan sepupunya sendiri. 
Karena kesalahannya, ibunya sempat diusir dari rumah. 
Aku salut dengan keberaniannya, akhirnya mereka mau berusaha menggeser sekat yang ibunya bangun.
Kami sempat berbasa-basi, yang dulunya kami sangat blak-blakan, sekarang lebih tertutup. 
Dia bercerita seadanya, aku bertanya seperlunya. 

Lalu dia pulang, menemui anaknya. Memanggil suaminya, 
"Pah, gak usah masak ya. Ada gado-gado."
Ya, orang yang dulu dipanggil mas karena sepupu. Sekarang dipanggil papa. 

Bumi cepat sekali berputar, dan aku masih begini-begini saja.
Mungkin selama ini, aku merantau di bulan.