Dapatkan widget animasi ini !

Saturday, February 28, 2015

anak tetangga



Menyebalkan sekali para anak tetangga. Aku mau pergi saja, anak satu RT mengajukan diri untuk menemaniku. Padahal aku ingin pergi sendiri saja, agar terlihat masih muda.
Belum lagi jika aku pergi untuk berbelanja, cerewetnya minta ampun L tak apa jika sekedar mengoceh. Tapi ini meminta yang aneh-aneh -_- terpaksa kuturuti daripada menangis disana, dan membuatku malu.
Akhirnya, uang untuk beli bedak dipakai untuk beli jajan. Uang untuk beli lotion, dibelikan coklat. Uang untuk beli lipstick, berubah jadi es krim. Apa segitu berpengaruhnya anak kecil ya? Bisa merubah jalan pikiran orang dewasa. Dengan mukanya yang lugu lucu dan belum berjerawat. Mereka tersenyum jika senang, merajuk jika menginginkan sesuatu, dan puncaknya menangis jika keinginannya tidak dituruti. Ah begitu menyebalkan jika pengalaman berbelanja itu terulang kembali.
Tetapi ada hal lain yang menyenangkan bagiku. Yaitu saat melihat mereka tersenyum.
Tersenyum bahagia karena hal sederhana. Tidak perlu dengan membelikan android keluaran terbaru, motor baru, atau segala hal berbau kemewahan. Hanya dengan kita menunjukan muka konyol kita, mereka bisa tertawa lepas. Menampakan gusi mereka yang belum sepenuhnya ditumbuhi gigi.

pengamen



Siang ini aku bersiap-siap pulang kampung. Aku berdiri dipinggir jalan, menantikan bus jurusan Jogya lewat. Syukur-syukur kalau langsung dapat jurusan Purwokerto. Menunggu sambil mengumpat dalam hati, efek panas, lelah dan tak sabar.
Setengah jam kemudian bus Jogya lewat, syukurlah aku tak perlu menunggu lebih lama lagi. Karena aku pernah menunggu bus sampai dua jam.
Didalam bus, penumpang tidak terlalu ramai. Aku bisa duduk dengan lega.
Baru saja aku duduk, sudah ada pengamen. Kukeluarkan receh.
Pengamen satu keluar, masuk pengamen yang lain.
Bus ini rasanya sudah seperti ruang pencarian bakat menyanyi seperti di tipi-tipi.
Aku mulai malas mendengarkan mereka, aku berencana tak mengeluarkan receh lagi pada pengamen kali ini.
Tapi ditengah mereka menyanyi, salah satu dari mereka memanggil temannya dan menunjukku, aku bingung dan pura-pura tak peduli.
Dia bilang “st st… mbak itu cantik ya”
“iya, manis. Sayangnya aku sudah punya anak tiga. Duh nyesel nikah duluan.”
Aku buang muka untuk menyembunyikan tawa sambil tanganku merogoh recehan dikantong, niatku untuk sedikit pelit kubatalkan.
*Mungkin setiap pengamen harus memuji satu persatu penumpang agar mereka mau memberi.*