Dapatkan widget animasi ini !

Sunday, October 19, 2014

Mahasiswa Hijab Syar'i dan Dosen Rok Pendek




Mahasiswi Hijab Syar’I dan Dosen Rok Pendek

            Semalam, teman lamaku berkunjung. Pertamanya aku tak mengenali dia, dia banyak berubah. Menurutku perubahan yang aneh, bayangkan saja dikota Semarang yang panasnya sudah melebihi Jakarta ini, dia memakai hijab yang panjangnya selutut, memakai masker pula. Dia malah berniat pula memakai cadar. Ah tak terbayang bagaimana borosnya dia memakai sabun cuci untuk mencuci baju-bajunya yang super itu.
 Kuajak ia masuk kekamar kostku, kuberondong ia dengan pertanyaan-pertanyaan tentang modusnya memakai hijab syar’i. Ia banyak bercerita, dari situ perasaan kagumku muncul padanya. Cobaan-cobaan banyak berdatangan, dia yang dulunya ditaksir banyak mahasiswa, kini satu-persatu mereka mulai menjauhinya. Tapi untung saja tempat kerja paruh waktunya tak mempermasalahkan penampilan barunya itu.
“waktu itu aku terombang-ambing kebimbangan karena mereka menjauhiku, tapi akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengenakan hijab syar’i,” tuturnya semalam.
Aku semakin kagum padanya, semoga ia bisa kujadikan contoh untukku kedepan. Aku dulu juga sempat ingin berpenampilan seperti dia, namun setelah dipertimbangkan, besok-besok sajalah memakainya, aku belum siap.
            Paginya aku berangkat kuliah, aku mengambil mata kuliah umun di fakultas Hukum. Berjalan gontai sambil mengantuk, malahan belum mandi. Hanya cucimuka dan berganti baju. Tadinya aku berniat untuk tidak masuk kuliah dan melanjutkan tidur. Tapi teringat waktu itu aku sudah pernah membolos, jadi dengan setengahnya setengah hati aku berangkat. Dosenku kali ini wanita muda. Langkah pertama beliau memasuki ruangan, aku terkagum-kagum dengan penampilannya. Baju merah muda bunga-bunga dengan lengan panjang dan rok selutut berpadu dengan kulitnya yang putih cerah. Sangat cantik.
Kuliah hari ini membahas tentang liberalisme, beliau menjelaskan pula liberalisme disegi agama, “liberalisme moderat” atau liberalism modern di Indonesia. Intinya tak mempermasalahkan wanita-wanita yang beragama islam yang tidak memakai hijab. Aku sangat setuju, karena aku juga seperti itu. Kadang memakai hijab, kadang malah hanya memakai baju mini.
Disela-sela pembahasan tersebut, salah satu mahasiswi mengangkat tangan.
“saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut bu. Liberalism dalam agama itu tentang pahamnya, bukan penampilannya. Menurut saya itu sudah menjadi penyimpangan.” Mahasiswi itu berhijab syar’i pula, persis seperti temanku semalam.
Disitu aku labil kembali, benar kata dosenku, tapi temanku juga benar. Agh… aku benar-benar labil.
Biarlah mereka dengan penampilannya, dan aku dengan penampilan plin-planku ini.

No comments:

Post a Comment